Racauan Seorang Pria pada Dirinya yang Kalap



Wahai diri! Di antara tanah tandus, lampu temaram dan jalan setapak yang bopeng kasar payahmu kentara. 
Bersama botol-botol dan tatap yang sama usang rongkongmu menyembul, meregang epidermis, tak beda seperti kaleng sarden saat dagingnya habis: sisakan angin dan ampas berbau amis. 
Kau adalah sarang yang nyaman bagi kutu-kutu busuk!

Kulihat saksama jempol kakimu yang buta itu menabrak koral dan kotoran. 
Bahkan matamu jauh lebih buta sebab ranjau kauhantam, rindu kautikam dan maut kautanam. 
Bodohnya aku bertaruh pada jiwamu yang tak bergaransi itu. 
Tekadmu longgar dan angan-anganku kauseret tak berdaya. 
Sadarkah kau bahwa nyawamu itu kini merengek meminta tuan yang baru? 
Ia muak melihat dirimu yang goyah bak layang-layang dikhianati angin, terjuntai jauh meninggalkan ikat.

Tapi, karena kita lahir pada desah dan dendam yang sama, biar kuberi kau sepasang sandal jepit baru untuk gantikan sepatumu yang camping. 
Setelah itu biar kupijat sedikit pundakmu yang rontok dan memasangkan kembali mantelmu yang koyak. 
Sebab kita hidup pada sesak yang sama, 
biar aku menopangmu barang sedikit saja.



(Adam R.A.)


0 comments:

Posting Komentar